INSTITUT PERTANIAN MALANG

Competency is Our Strength

Workshop Penyelarasan Dokumen SPMI dan Implementasi PPEPP: Dorong Peningkatan Mutu Pendidikan Tinggi

Malang – Upaya peningkatan mutu pendidikan tinggi kembali diperkuat melalui penyelenggaraan Workshop Penyelarasan Dokumen SPMI dan Implementasi PPEPP yang berlangsung pada 26–27 Agustus 2025 di Hotel Savana, Malang. Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber utama dari Universitas Kristen Petra Surabaya, yakni Dr. Jenny Mochtar, S.S., M.A. serta Vinna Yovita Narwastu, S.E., M.M., dengan dukungan moderator Wahyudi Fitriyanto, S.E., M.M. dan Dr. Muhammad Muhlis, S.Pd., M.Pd.

Workshop ini merupakan bantuan hibah yang diselenggarakan Belmawa pada Tahun 2025 yang terdiri dari sejumlah perguruan tinggi dibawah LLDikti 7 Jawa Timur Kelompik 13, antara lain Institut Pertanian Malang sebagai Kordinator, STKIP Muhammadiyah Lumajang, STIP Jember, STIE Dharma Nasional Jember, STIH Jenderal Sudirman, Institut Teknologi Al Mahrusiyah, STIE Kertanegara, Institut Teknologi Mojosari, serta Universitas Nahdlatul Ulama Pasuruan.
Dalam pemaparannya, Dr. Jenny Mochtar menekankan pentingnya Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) sebagai instrumen dasar bagi setiap perguruan tinggi. “SPMI bukan sekadar kewajiban administratif, tetapi merupakan napas dari seluruh aktivitas akademik. Penyelarasan dokumen SPMI harus memastikan adanya keterpaduan antara visi, misi, dan program kerja yang nyata di lapangan,” ujarnya.
Menurut Dr. Jenny, salah satu kendala yang kerap muncul adalah adanya perbedaan persepsi dalam penyusunan dokumen di masing-masing unit. Oleh karena itu, penyelarasan dianggap sebagai langkah krusial agar tidak terjadi tumpang tindih atau kekosongan standar.
Sementara itu, Ibu Vinna Yovita Narwastu menyoroti aspek implementasi siklus PPEPP (Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan). Ia menjelaskan bahwa kelima tahapan ini tidak boleh berhenti hanya pada penetapan standar, tetapi harus dijalankan secara berkesinambungan.
“Seringkali perguruan tinggi sudah menetapkan standar, tetapi kurang konsisten dalam tahap evaluasi dan pengendalian. Padahal, tanpa siklus yang berjalan utuh, mutu tidak akan meningkat,” jelas Vinna. Ia menambahkan, keberhasilan PPEPP bergantung pada komitmen semua pihak, mulai dari pimpinan hingga pelaksana teknis.

Peran moderator dalam kegiatan ini turut menciptakan suasana dinamis. Wahyudi Fitriyanto dalam sesi hari pertama mendorong peserta untuk aktif bertanya, sementara Dr. Muhammad Muhlis dalam sesi hari kedua memberikan arahan dalam presentasi hasil pekerjaan dari masing-masing Peserta. Kombinasi keduanya membuat sesi diskusi menjadi lebih hidup, dengan peserta saling berbagi pengalaman dan strategi implementasi di kampus masing-masing.
Kegiatan workshop tidak hanya berlangsung satu arah. Peserta dari berbagai perguruan tinggi juga diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil tugasnya dalam Menyusun standar yang mengacu pada Permendikbudristek No. 53 tahun 2023 yang akan dijalankan di institusinya. Misalnya, perwakilan dari Universitas Nahdlatul Ulama Pasuruan mempresentasikan slaha satu standar masukan dalam Penelitian yaitu Standar Pembiayaan Penelitian, sementara Institut Teknologi Mojosari mempresentasikan standar luaran Pengabdian kepada Masyarakat. Setelah masing-masing menyelesaikan presentasi, kemudian dilanjutkan sesi komentar oleh fasilitator.

Kegiatan ini memberi wawasan baru bagi peserta kegiatan, sehingga setiap institusi dapat mengadopsi dan menyesuaikan standar yang disusun sesuai visi misi dari PT masing-masing.

Pada penutupan kegiatan, para narasumber menegaskan bahwa workshop ini bukan akhir, melainkan awal dari komitmen bersama untuk terus menjaga kualitas pendidikan tinggi. Dr. Jenny Mochtar berharap agar setiap perguruan tinggi yang hadir mampu mengimplementasikan hasil workshop secara nyata.
“Peningkatan mutu bukan sekadar dokumen, melainkan tindakan nyata. Semoga setelah workshop ini, setiap institusi bisa menunjukkan perubahan positif yang terukur,” katanya.

Hal senada disampaikan oleh Vinna Yovita Narwastu. Ia menekankan bahwa kolaborasi antarperguruan tinggi merupakan kunci untuk menghadapi tantangan global. “Mutu harus menjadi budaya, bukan sekadar kewajiban. Dengan kerja sama dan komitmen, kita bisa membawa pendidikan tinggi Indonesia ke arah yang lebih baik,” ujarnya.

Workshop yang berlangsung selama dua hari ini juga dilengkapi dengan sesi praktik penyusunan dokumen standar, studi kasus implementasi PPEPP, serta simulasi evaluasi mutu. Peserta tampak antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan, terlihat dari diskusi yang berlangsung hingga di luar sesi formal.
Lokasi pelaksanaan di Hotel Savana Malang turut mendukung suasana kondusif dengan fasilitas yang memadai. Para peserta menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan workshop yang dinilai relevan dengan kebutuhan nyata di kampus masing-masing.

Workshop Penyelarasan Dokumen SPMI dan Implementasi PPEPP di Malang menjadi momentum penting bagi perguruan tinggi di Jawa Timur untuk memperkuat sistem penjaminan mutu internal. Dengan keterlibatan narasumber berkompeten, moderator yang komunikatif, serta partisipasi aktif dari berbagai institusi, kegiatan ini diharapkan mampu menghasilkan dampak nyata dalam peningkatan kualitas pendidikan tinggi.

 

Tags:

Comments are closed