Pelatihan SIM-MUTU Dorong Digitalisasi Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
Malang, 30 September 2025 – Kelompok 13 Program Bantuan Hibah Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) menggelar Pelatihan Sistem Informasi Manajemen Mutu (SIM-MUTU) di Hotel Gajahmada Graha Kota Malang, Selasa (30/9). Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari Badan Penjaminan Mutu Universitas Kristen Petra, Surabaya, dengan materi pelatihan yang menekankan transformasi digital dalam penjaminan mutu perguruan tinggi. Pelatihan sehari penuh ini diikuti perwakilan perguruan tinggi penerima hibah SPMI. Mereka mendapat pembekalan terkait perangkat SPMI, penyusunan dokumen mutu, hingga simulasi evaluasi berbasis aplikasi QAConnect yang dikembangkan UK Petra.
Sesi pertama disampaikan oleh Dr. Jenny Mochtar dengan topik Perangkat SPMI sesuai Permendiktisaintek No. 39 Tahun 2025. Jenny menjelaskan bahwa perangkat SPMI memang tidak diatur secara rinci dalam regulasi terbaru, tetapi memiliki keterkaitan erat dengan rencana strategis (Renstra) perguruan tinggi. Renstra tanpa SPMI hanyalah rencana di atas kertas. SPMI adalah mekanisme evaluasi yang menghidupkan Renstra. Setiap target strategis harus diterjemahkan menjadi indikator mutu. Keterkaitan antara Renstra dan SPMI penting agar evaluasi berjalan efektif, sehingga mutu perguruan tinggi bisa terjaga dan ditingkatkan secara berkelanjutan.
Sesi kedua, Penggunaan Sistem Informasi dalam Implementasi SPMI, dibawakan oleh Bapak Ivan. Peserta diperkenalkan dengan e-Document SPMI, sebuah perangkat lunak yang memudahkan penyusunan dan pengendalian dokumen mutu. Selain itu, Ivan juga memperkenalkan e-AMI (electronic Audit Mutu Internal), aplikasi audit digital yang membantu mempermudah proses audit internal. Dengan e-AMI, semua tahapan audit terdokumentasi dengan jelas, mulai dari rapat pembukaan, visitasi, hingga tindak lanjut. Auditor dan auditee bisa melihat jejak audit secara transparan. Digitalisasi audit ini sangat penting untuk mengurangi risiko data tercecer, mempercepat evaluasi, sekaligus memperkuat akuntabilitas perguruan tinggi.
Materi ketiga, Penggunaan Sistem Informasi dalam Penyusunan Dokumen SPMI, disampaikan oleh Ibu Vinna. Ia membimbing peserta untuk mencoba langsung aplikasi QAConnect. Dulu dokumen SPMI sering tidak seragam antar-unit. Dengan QAConnect, format sudah standar, tinggal diisi dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing perguruan tinggi. Peserta kemudian diajak login ke sistem, mencoba membuat standar mutu, hingga mengunggah dokumen pendukung. Banyak peserta yang mengaku terbantu karena QAConnect memungkinkan penyusunan dokumen yang konsisten, mudah dilacak, dan efisien.
Sesi keempat kembali dipandu oleh Bapak Ivan dengan topik Penggunaan Sistem Informasi dalam Pelaksanaan Evaluasi. Peserta melakukan simulasi evaluasi mutu internal dengan akun auditee dan auditor yang telah disediakan. Proses simulasi berjalan interaktif. Peserta merasakan bagaimana sistem mencatat proses audit, mulai dari unggah dokumen, pemberian PTK (Permintaan Tindakan Koreksi), hingga penyusunan laporan final. Evaluasi yang sistematis adalah kunci budaya mutu. QAConnect membantu proses itu dengan transparansi dan jejak digital yang lengkap.
Pelatihan berjalan dinamis. Peserta aktif bertanya, berdiskusi, hingga berbagi pengalaman terkait tantangan penjaminan mutu di kampus masing-masing. Banyak yang mengaku kesulitan sebelumnya dalam mengelola dokumen mutu karena masih manual. QAConnect tidak hanya membantu menyusun dokumen, tetapi juga mengawal evaluasi. Jadi ada kesinambungan antara perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
Di akhir kegiatan, Dr. Jenny Mochtar menegaskan kembali bahwa SIM-MUTU dan QAConnect hanyalah alat, sementara kunci utama ada pada komitmen institusi. SPMI bukan sekadar memenuhi regulasi. Lebih dari itu, SPMI adalah budaya mutu. Teknologi informasi membantu kita menjalankannya lebih efektif, tetapi kesadaran dan konsistensi adalah yang utama. Pelatihan ini ditutup dengan harapan agar perguruan tinggi peserta Hibah SPMI, khususnya Kelompok 13, mampu menerapkan sistem informasi penjaminan mutu secara optimal. Melalui pelatihan SIM-MUTU ini, perguruan tinggi tidak hanya belajar menggunakan aplikasi, tetapi juga diajak membangun kesadaran kolektif akan pentingnya budaya mutu. Dengan dukungan regulasi baru dan pemanfaatan teknologi informasi, pendidikan tinggi Indonesia diharapkan mampu semakin adaptif dan berdaya saing global.
Comments are closed